Well, yah, hallo semuanya, balik lagi ke tulisan gag jelas saya, please kalo kamu lagi ada hal penting yang mau dikerjain, kerjain aja dulu hal penting itu, ini postingan sumpah gag penting-penting amat.
Atau kalau kamu udah masuk dalam kategori miskin dan gag da masalah buat urus beasiswa miskin udah skip aja baca ini, tulisan ini buat mereka-mereka yang gag mau bayar kuliah aja tapi status keluarganya nggak miskin, jadi gag bisa minta surat keterangan miskin.
Tulisan ini terinspirasi oleh 2 orang yang dulu pernah saya kenal, cieee, kayak film2 laga Mandarin.

Tulisan terakhir saya di blog tanggal 15 Januari lalu, yep, 5 bulan yang lalu, maka pantaslah Pak Sonny nanya demikian.
Dan perhatikan kata-kata Pak Sonny secara literal, “gag pernah kubaca n dengar lagi”, karena memang beliau literally menggunakan facebook dengan cara “mendengar” kata-kata di Facebook, nggak seperti saya dan kalian kebanyakan, yang “melihat” facebook, hehe, saya yakin gag banyak yang nangkap maksud saya.
Dan orang kedua (mudah2an nggak ada orang ketiga, kayak sinetron ini lama-lama tulisan) adalah:

Salah satu teman penulis juga, tulisan-tulisannya bagus, monggo di-add orangnya di Facebook.
Scopenya, bukan beasiswa untuk S2, namun beasiswa untuk S1, murni S1 tok, please nanti komentar jangan kemana-mana dari scope tulisan ini, dan tulisan ini lebih banyak membahas filosofi mengapa kuliah gratisan.
Dan kondisi tulisan status facebook Rizka diatas, related banget ke saya, dan banyak orang lainnya seperti saya, yang titelnya bukan berasal dari keluarga miskin, tapi ngotot gag mau bayar kuliah, kenapa? Pelit? Iye!
Lulus SMA tahun 2011, yah, 5 tahun lalu (buset ane dah tua), dari salah satu SMA di Bengkulu, Ayah bekerja di dinas pendidikan, Ibu guru honorer, keluarga kami tinggal di perumahan standard, ada komputer dan internet di rumah, ada motor juga di rumah, jelas bukan kategori miskin.
Tapi kehidupan selama 12 tahun saat dulu masih tinggal di rumah penjaga sekolah di salah satu SMA Bengkulu, dimana dulu Ayah bekerja sebagai pegawai TU disana, Ibu jualan nasi goreng, saya sore-sore ngumpulin gelas aqua untuk nantinya dijual lagi ke tukang loak, dan saat ke SD bawa makanan untuk dijual ke teman-teman sekelas, mengajarkan saya satu nilai sederhana, “Apa itu Uang”.
Dan sepertinya hal ini banyak terlewat oleh teman-teman seusia saya, tentang nilai dari uang, tentang seberapa besar perjuangan untuk memperoleh sejumlah uang, saya paham makna dan usaha di balik lembaran 10 ribu, karena saya sudah berusaha sejak kecil untuk memperoleh nominal segitu.
Makanya saya jarang meminta kepada orang tua saya, apakah meminta beli baju, atau sepatu, atau mainan, atau apapun itu.
Apalagi meminta untuk membayar biaya kuliah.
Dengan perhitungan saya waktu itu, tahun 2011
Uang bulanan 1.500.000, belum termasuk kostan. (sekarang masih tetap segitu, dan harus udah termasuk kostan & internet speedy)
Uang pangkal masuk kuliah 15.000.000
Uang semesteran 5.000.000
Uang buku, tugas, print, dll belum dihitung, kalo hitungan ortu saya masuknya di 1.500.000 diatas/bulan.
I do agree dengan jawaban disini https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130401000329AABoCEJ
Dan menurutku memang rata-rata anak kuliah yang rantau menghabiskan sekitar 100 juta dari awal kuliah hingga selesai, dan ini juga saya sebut di buku S1 gratisan saya (eh bukunya udah benar-benar gratisan, download dimari).
Tentu saja univ negeri & univ swasta beda biayanya, belum lagi biaya hidup kota besar & kota kecil.
Hal inilah yang membuat saya memutuskan untuk hunting beasiswa S1 dulu, 5 tahun lalu.
Yang pada akhirnya dapat di Univ Mercubuana Jakarta, full beasiswa selama 4 tahun, jadi biaya 100 juta bisa dipotong hingga setengahnya.
Mengapa nggak ambil beasiswa di Universitas negeri? Lha emang ada yang full buat non-miskin? Emang informasi beasiswa S1 full sejak awal masuk hingga selesai dibuka secara online di web-web Universitas negeri. Emang syaratnya gag harus miskin?
Saya dulu mau lho ke Universitas Negeri, sayang bego aja, eh sory keceplosan, sayangnya mesti ikut Bidikmisi aja, mundur deh saya, lha bukan orang miskin kok mau urus Bidikmisi gimana ceritanya, keluarga saya bukannya gag mampu buat bayar uang kuliah, sayanya aja yang pelit buat bayar kuliah.
Karena kuliah di Indonesia menurut saya pribadi cukup mahal (https://www.cekaja.com/info/perbandingan-biaya-kuliah-di-negara-berkembang-termasuk-indonesia/)
Sementara uangnya menurut saya lebih baik saya gunakan untuk kepentingan belajar non-formal saja, les bahasa kek, belajar entrepreneur kek, praktek ilmu yang diajarkan di kuliahan, beli domain sendiri, beli hosting sendiri, jadi belajar webnya nggak di Localhost aja, tapi online langsung, bayar kursus internet marketing, beli buku pengembangan diri, beli novel, beli equip di game online (what??) dan lain sebagainya.
Solusinya buat yang mau kuliah S1 tapi pelit buat bayar namun bukan keluarga miskin gimana jadinya?
1. Kalau masuk Univ Negeri, usahakan dari jalur yang uang pangkalnya kecil. Dan kalau sudah masuk di dalamnya, mulai deh cari2 beasiswa buat yang berprestasi dan tidak mensyaratkan miskin, yah saya tau gag banyak, terus saingan bejubel, tapi hajar aja lah 🙂
2. Kalau rela masuk Univ Swasta (kayak saya), cari sejak awal yang menawarkan beasiswa penuh S1 tanpa embel-embel pengabdian lalalala, tapi ya resikonya begitu, Univ Swasta kualitasnya lebih rendah dibandingkan Univ Negeri, networkingnya juga lemah ketimbang Univ Negeri, apalagi kerennya cuy, beuhh, gag da keren-kerennya sama sekali. Nah kalau kamu sudah terlanjur di dalam Univ Swasta melalui jalur reguler, coba cek-cek aja dari bagian kemahasiswaan serta internet beasiswa yang bisa kamu ikuti namun gag mensyaratkan status miskin.
3. Cari duit sendiri, ente bisa baca tulisan gag jelas ini pake apaan? hape? laptop? PC? yang penting ada internet kan. Mulai browsing-browsing di Google cara cari duit gimana aja, cari orang-orangnya di facebook, tanyain, kalo sedaerah datangin ke rumahnya buat berguru, kalo ada komunitasnya join, kalau ada kursus berbayarnya beli, itung-itung modal awal.
Mudah-mudahan tulisan ini sedikit mencerahkan yang mau kuliah gratisan, walau tulisan ini lebih kepada filosofi mengapa kuliah gratisan, untuk teknisnya yang S1 bisa baca buku saya, sementara yang S2 masih belum sempat dishare, Alhamdulillah saya dapat beasiswa LPDP buat lanjut kuliah gratisan lagi S2-nya, namun masih nunggu LoA dari kampus, repot parah ternyata urus kuliah S2, haha.
Kalau dirasa bermanfaat monggo dishare melalui button berikut, bisa share ke Whatsapp sama Line lho itu yang tombolnya hijau berdua, siapa tahu bisa membantu teman, rekan atau adiknya yang punya semangat kuliah gratisan juga.
Salam Pendidikan Gratisan!
Yastofi royana putri
I like this post????.kenapa hrus ad persyaratan surat tdk mampu,padahal kita sebagai anak juga ingin meringankan beban ortu.skrg saya lg bingung nyari beasiswa apa:)
sharifa emma
assalammualaikum pak… sy sharifa emma umur 26 tahun asal NTT. baru beberapa hari ini sy browsing mencari solusi untuk bisa kuliah. dalam benak saya, kenapa teman2 sy bisa kuliah tetapi saya tidak bisa? tp bagaimanapun saya tetap berusaha untuk bisa mencapai tujuan saya,saya tidak mau patah semangat walaupun saya anak dari keluarga tidak mampu. sebelumnya saya sudah usaha untuk masukan proposal pengajuan bantuan dana ke berbagai lembaga tetapi hasilnya belum ada sama sekali sampai sekarang.sy cari2 info beasiswa tetapi susah juga. kiranya bapak bisa membantu saya untuk kendala ini, jika diperkenankan sama Allah untuk mendapatkan peluang dari bapak, saya siap menerima persyaratan & ketentuan berlaku dari pihak donaturnya. mohon bantuannya pak.di sini sy hanya niat berusaha untuk dapat yg terbaik untuk saya & keluarga. terima kasih sebelumnya.mohon dibalas yah pak
Ahmad Arib
Mohon maaf Sharifa, saat ini saya belum bisa membantu menjadi sponsor
Alan
Gimana ikut lpdp tanpa loa fi depan (sblm dftr lpdp) pak?
Ahmad Arib
IPK diatas 3 & nilai TOEFL, IELTS atau TOEIC yang mencukupi.