30 April 2018, jam menunjukkan angka 14.15 di layar hitam putih jauh di depan saya, sambil di bawahnya ada tulisan-tulisan aneh yang kira-kira kalau dibaca artinya:
Beijing Nan – Shanghai Hongqiao.
Dengan kode G115 di pojok atas, G merupakan singkatan dari Gaotie, artinya kereta cepat, kebanggaaan pemerintah China, dan mode transportasi favorit saya keliling mainland China, kenapa mainland atau daratan nyebutnya? Karena kalau kamu naik kereta cepat ini bakal keliatan kalo China itu daratan semua, dari ujung ke ujung, kadang banyak pepohonan, kadang tower-tower apartemen, kadang ladang sawah penduduk. Mudah-mudahan Gaotie bisa mampir juga ke Indonesia, yang katanya bakal melayani rute Jakarta-Bandung.
Berdasarkan tiket online yang saya beli melalui App dan bayar melalui app juga, Alipay, kereta saya akan tiba di Shanghai tepat 1 jam lagi, pada 15.15, artinya masih ada 1 jam, beberapa urusan lain sudah beres tadi, jadi nulis dulu deh ini.
Dari Beijing ada apa?
Ada solusi atas masalah saya bulan lalu!
Apakah itu?
Panitia Pemilihan Luar Negeri namanya.
Alhamdulilah saya terpilih menjadi Panitia Pemilihan Luar Negeri Shanghai, dengan posisi sebagai Ketua, dengan honor yang tidak begitu jauh berbeda dari uang bulanan LPDP, sehingga saya masih memiliki uang bulanan untuk melanjutkan study saya di Shanghai, yeay!
Man jadda Wajada, seperti yang diutarakan oleh Dimas di komentar FB, teman baik saya. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti dapat. Dan memang dapat juga solusi atas masalah berat saya. Uang bulanan aman. Uang sekolah? Kembali deh ke sponsor yang paling setia dalam setiap urusan hidup saya, yakni orangtua. Jadinya biaya sekolah menjadi tanggungan Beasiswa Ayah Ibu namanya kalo istilah kita anak-anak disini, haha. Terima kasih Ayah & Ibu, Insya Allah beasiswanya akan dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.
Dan sebelum ke Beijing, ada trip ke Chengdu terlebih dahulu, ngapain? Liat panda!
Haha, gag lah, presentasi conference math & artificial intelligence.
Orang-orangnya super keren, dan saya kebagian presentasi oral mengenai paper saya. Syarat lulus punya paper dah checklist, tinggal urus nilai sama thesis aja lagi berarti urusan kampus.
Kemaren milih Chengdu juga karena penasaran, banyak yang bilang kalo Chengdu itu super hot, makanannya hot banget, banyak makanan pedes dsini, cocok dengan lidah orang sumatera yang betah makan nasi padang. Cuacanya hot juga, mirip2 Bengkulu di musim panas ini. Dan katanya, katanya lho ya, ceweknya juga hot, bisa dicari deh di Google, saya tidak membenarkan, juga tidak menyalahkan statement ini, cuma menyampaikan kata-kata orang saja, karena, yah, *lirik kiri-lirik kanan*, ntar ada yang marah kalo saya iyain statement ini, haha. Chengdu lagi berkembang parah banget, banyak kesempatan disini, tempat belanja dan hiburan banyak, dan harga-harganya masih murah banget ketimbang Beijing-Shanghai. Checklist China bagian tengah-barat. Utara area Beijing udah beberapa kali. Timur area Shanghai tempat tinggal saya. Bucket list saya tinggal area Selatan aja lagi ini berarti, Guangdong, Shenzen ato Hongkong. Mudah-mudahan ada yang mau bayarin lagi nantinya, haha, saya mah apa atuh, gag ada duit sendiri untuk jalan-jalan.
Semenjak merantau di Jakarta, dan kerja sana kemari, saya tahu 1 hal yang pasti.
Orang yang memiliki keterampilan gag bakal dibiarkan kelaparan oleh yang diatas, dan dalam peribahasa China saya pernah mendengar:
Shou yi shi huo bao, tian xia e bu dao.
Yang kira-kira artinya: Ketrampilan adalah harta yang tak akan habis, menjaga seseorang tidak kelaparan kemanapun ia pergi.
Gunakanlah pendidikanmu untuk mendapatkan keterampilan, yang bisa digunakan oleh pihak-pihak lainnya. Dan usahakanlah agar keterampilan ini sekhusus mungkin, dan gag banyak orang yang bisa melakukannya. Serta terus tambah keterampilanmu dari waktu ke waktu. Jadilah orang yang bermanfaat, yang bernilai, yang bisa digunakan baik oleh pemerintah, swasta, institusi pendidikan, ataupun pihak-pihak lainnya.
Dan yakinlah bahwa kamu gag akan kelaparan dimanapun kamu berada.
Salam pendidikan nggak gratisan!
Pingback: